Peta Situs
Sering Dibaca
-
الحمد لله الذى أنعمنا بنعمة الإيمان والإسلام. والصلاة والسلام على سيدنا محمد خيرالأنام وعلى آله وأصحابه وتابعيه على الدوام. أشهد أن لا إله ...
-
اللهُ اَكْبَرْ { 9 ×} اللهُ اَكْبَرْ كُلَّمَا هَلَّ هِلاَلٌ وَاَبْدَرَ اللهُ اَكْبَرْ كُلَّماَ صَامَ صَائِمٌ وَاَفْطَرْ اللهُ اَك...
Diberdayakan oleh Blogger.
Kamis, 07 Maret 2013
Nasruddin Dan Orang-orang Yang Ujub Dan Takabur
Perasaan bangga terhadap diri sendiri (‘ujub) termasuk penyakit hati yang harus dihilangkan. Penyakit ini akan merusak nilai ibadah yang dilaksanakan, karena menganggap diri suci, salih dan punya kelebihan dibanding dengan orang lain. Sedangkan terhadap orang lain orang yang ujub akan memandangnya rendah dan tidak bernilai. Perasaan bangga terhadap diri sendiri ini pada gilirannya akan melahirkan sikap sombong atau takabur yang juga dicela oleh agama. Orang yang bangga terhadap dirinya mengira bahwa ia lebih maju, cerdas, berpandangan luas dari pada orang-orang lain. Orang yang sombong atau takjub pada dirinya sendiri memang harus dikalahkan dengan kesombongan juga agar tabiatnya tersebut tidak menjalar dan merusak kebaikan yang telah dijalankannya. Seperti akan dikisahkan di bawah ini Nasruddin dengan kecerdasannya mampu menghadapi orang-orang yang ujub dan sombong dengan caranya yang unik dan menghibur:
Orang Yang Mengaku Waliyullah
Suatu hari Nasruddin didatangi
oleh seseorang yang mengaku dirinya orang suci, wali Allah, dan punya
kekeramatan. Di hadapan Nasruddin orang tersebut berucap, “Hai Nasruddin, brengsek sekali kamu ini!
Hari-harimu hanya kau isi dengan bercanda dan bermain-main saja, bukannya
beribadah kepada Allah. Andaikan kau punya kekeramatan, barangkali dapat kau
perlihatkan kepadaku!” Ujar Nasruddin kepada orang tersebut, “Apakah Anda punya
kekeramatan?” Jawab orang itu, “Lho, tentu dong. Aku ini kan seorang waliyullah yang setiap saat waktuku diisi dengan
beribadah. Setiap malam aku mampu
terbang melesat dan menyusuri langit-langit yang luas dimulai dari
langit pertama hingga langit ketujuh”. Nasruddin berucap kepada seseorang yang
mengaku wali Allah itu, “Jika demikian, apakah ketika Anda terbang menembus
langit-langit itu, Anda merasa seperti ada angin yang meniup dan menghembus
mengipasi mukamu?” Jawab orang tersebut, “O, benar, tentu saja Nasruddin! Aku
sangat merasakannya, angin tersebut dengan kuat bertiup mengipasi mukaku”. Jawab Nasrudin, “Nah, Tuan, angin itu adalah
kibasan telingaku”.
Orang Sombong Yang Tertipu
Suatu hari ada seseorang yang
menyatakan bahwa tiada seorang pun yang mampu memperdayakannya atau menipunya.
Mendengar ucapan yang berbau keangkuhan dan kesombongan tersebut, Nasruddin
tidak tahan ingin segera menjajal dan menguji kemampuan orang itu. Ia pun
mendatanginya dan berucap kepadanya, “Apa benar Anda mengatakan bahwa tiada
seorang pun yang bisa memperdayakan atau menipumu?” Dengan angkuh orang itu
menjawab, “Ya…, Betul…!”. Nasruddin berkata, “Sebenarnya aku ini datang
kepadamu untuk menantangmu dan memperlihatkan kepadamu bahwa aku bisa
memperdayakanmu. Juga untuk memperlihatkan kepada orang-orang lain tentang
ketololanmu yang keterlaluan!” Jawab orang yang sombong itu, “Bisa apa kamu
Nasruddin, tidak ada seorang pun yang bisa melakukannya!”. Ujar Nasruddin, “Bisa aku mencobanya?”. “Coba saja jika kamu mampu!”,
jawab orang itu. Ucap Nasruddin, “Jika demikian, ayo kita pergi ke tempat yang
lapang dan kosong!”.
Nasruddin dan orang itu pun menuju ke tempat yang kosong. Kebetulan waktu itu angin bertiup sangat kencang, sedangkan awan tebal telah menggelayut di langit. Kelihatannya hujan sebentar lagi akan segera turun. Ketika telah tiba di tempat yang dituju, Nasruddin melihat seseorang di kejauhan sedang naik keledai. Maka, ucapnya kepada orang yang hendak diperdayakannya, “Aku tidak bisa memperdayakanmu kecuali di hadapan orang-orang banyak yang akan menjadi saksi di antara kita. Karena itu, tunggulah aku sebentar di sini, aku akan pergi dulu untuk memanggil dan mengumpulkan orang-orang yang bakal menjadi saksi bagi kita”. Orang itu pun setuju dengan usulan yang diajukan oleh Nasruddin.
Nasruddin kemudian pulang ke rumahnya dan duduk di dekat perapian untuk menghangatkan badannya. Sementara orang yang ditantangnya tetap berada di tengah lapangan menunggu dengan setia kedatangan Nasruddin. Sementara angin yang keras dan udara dingin menghantamnya, hujan lebat pun segera turun mengguyurnya. Ketika malam tiba, sedangkan Nasruddin tak kunjung datang, orang itu pun lalu pergi meninggalkan tempat lapang tersebut dengan hati dongkol, menggerutu dan memaki-maki Nasruddin. Dengan baju basah yang dipakainya dan badan menggigil karena hujan dan kedinginan, ia pun langsung menuju rumah Nasruddin. Begitu tiba di rumah Nasruddin, segera tanpa basa-basi dan tanpa bisa ditahan lagi, ia melampiaskan kekesalannya dan menghamburkan sumpah serapahnya kepada Nasruddin, karena mengingkari janjinya akan datang segera. Dengan santai Nasruddin menjawab, “Hai orang sombong..., tahukah Anda, itulah tipu daya yang aku lakukan terhadap dirimu! Enyahlah dari sini, pergilah kau segera dari rumahku ini dan awas sekali lagi kau jangan membual lagi di hadapan orang-orang bahwa kau tidak bisa ditipu orang lain!”.
0 comments:
Posting Komentar