Peta Situs

Kumpulan Catatan Kumpulan Catatan

Sering Dibaca

Diberdayakan oleh Blogger.
Senin, 11 Maret 2013

Unjuk Kebolehan Antara Nasruddin dan Seorang Ilmuwan

Dalam teka-teki Nasruddin sering kali berkedudukan sebagai orang yang ditanya, dan selalu berupaya memperagakan kecerdikannya. Bukan hal yang aneh jika dalam teka-teki itu tanya-jawab berlangsung di antara Nasruddin dan para ilmuwan serta ulama yang memandang ilmu pengetahuan sebagai kemewahan yang tidak ada kaitannya dengan dunia nyata. Meski teka-teki Nasrduddin ini berkaitan dengan teka-teki pada umumnya, namun teka-teki Nasruddin lebih mengusik pikiran dan menyingkapkan kebegoan sebagian anak manusia. Berikut salah satu kisahnya.

Seorang ilmuwan, pada suatu hari menemui Timur Lenk yang sedang berada di kota Ak-Shehir, Turki. Ilmuwan tersebut mengemukakan di hadapan Timur Lenk, bahwa ia mempunyai sejumlah pertanyaan yang dapat ia tunjukkan dengan bahasa isyarat.

Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut kemampuan dan kebolehan ilmuwan pilihan kota itu bisa diketahui. Timur Lenk, setelah mendengar usulan yang menarik itu, segera memanggil para tokoh dan pemuka kota Ak-Shehir. Mereka diminta untuk memilih salah seorang diantara mereka untuk menjadi wakil dalam menghadapi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan dikemukakan oleh si ilmuwan.

Mereka pun mendatangi Nasruddin dan memintanya untuk mewakili mereka. Karena tidak bisa menghindar, akhirnya Nasruddin pun menerima permintaan mereka. Nasruddin berkata kepada mereka, “Baiklah, akan aku jajal kebolehan ilmuwan tersebut! Bila aku dapat menjawab pertanyaan-pertanyaannya dan menaklukkannya, berarti itu baik. Tapi bila aku tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaannya, berarti aku ini memang bukan seorang ilmuwan dan kalian agar segera mencari dan menampilkan pengganti diriku”

Pada hari yang telah ditentukan, orang-orang pun berkumpul di tempat kediaman Timur Lenk. Nasruddin duduk di sebelah kanan sang penguasa tersebut. Setelah acara adu kepintaran ini dibuka oleh Timur Lenk, si ilmuwan itu lalu berdiri dan membuat lingkaran. Kemudian ilmuwan itu menghadapkan tubuhnya ke arah Nasruddin, menantikan jawaban darinya.

Nasruddin pun berdiri. Lalu ia meletakkan tongkatnya di tengah-tengah lingkaran tersebut dan membanginya menjadi dua. Kemudian ia menatap mata si ilmuwan. Lalu ia membuat garis lain dan membagi lingkaran tersebut menjadi empat bagian. Ia kemudian memberi isyarat ke satu arah sekali dan ke arah lain tiga kali. Ia kemudian kembali menatap muka si ilmuwan. Ilmuwan itu pun merentangkan kedua tangannya dan memberi isyarat dengan tangannya ke atas. Nasruddin memberi isyarat sebaliknya dengan membuka jari-jari tangannya, menggerak-gerakkannya, dan memberi isyarat ke bawah, ke arah bumi.

Si ilmuwan kemudian meletakkan tangannya di tanah dan berjalan seperti jalan hewan. Kemudian ilwuwan itu memberi isyarat ke arah perutnya, seakan ia mengeluarkan sesuatu dari perutnya. Nasruddin pun mengeluarkan sebutir telur dari saku bajunya dan menggerak-gerakkan kedua tangannya seakan-akan ia sedang terbang. Si ilmuwan itu pun terkagum-kagum dengan jawaban-jawaban Nasruddin tersebut dan menjabat tangannya, bersalaman.

Melihat si ilmuwan mengucapkan selamat kepada Nasruddin, Timur Lenk dan orang-orang yang hadir pun merasa bangga dan memberikan ucapan selamat kepada Nasruddin. Setelah sebagian besar orang-orang pulang, beberapa orang yang masih hadir dalam pertemuan tersebut bertanya kepada si ilmuwan, “Kami tidak mengerti apa arti isyarat-isyarat Anda dan Nasruddin, bisakah Anda menjelaskannya?

Ucap ilmuwan, “Nasruddin memang hebat, saya menaruh hormat kepadanya karena berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan isyarat dari saya. Pertama-tama saya memberi isyarat bahwa bumi ini bundar. Eh..., Nasruddin ternyata memahami isyaratku dan membuat garis bahwa bumi dibagi dua, separuh selatan dan separuh lagi utara. Kemudian ia membaginya menjadi empat, satu bagian kering dan tiga bagian yang lain berisi air. Saya kemudian memberi isyarat ke atas, dengan maksud bahwa dari bumi tumbuh ke atas beraneka ragam tanaman dan tetumbuhan. Eeh..., ternyata nasruddin memberi isyarat dengan mengarahkan tangannya ke bawah, yang artinya bahwa turunnya hujan dan panas matahari membantu terjadinya kehidupan di bumi. Saya kemudian memberi isyarat bahwa beranak pinaknya makhluk di bumi antara lain melalui proses melahirkan. Ini dibenarkan oleh Nasruddin dengan mengeluarkan sebutir telur dari sakunya, sebagai isyarat bahwa pendapatku benar. Sedang telur yang dikeluarkan dari sakunya adalah sebagian dari makhluk-makhluk tersebut”

Orang-orang yang hadir pada saat itu begitu kagum dengan uraian dan jawaban dari ilmuwan tersebut. Mereka lalu mengucapkan selamat kepadanya. Kemudian mereka berpaling kepada Nasruddin dan menanyakan kepadanya mengenai tukar-menukar isyarat yang berlangsung di antara dia dan si ilmuwan.

Nasruddin pun menjawab sambil tersenyum, “Sebenarnya, menurutku orang itu sedang kelaparan. Kalian telah menyia-nyiakan waktuku dengan mengundangku untuk berbincang-bincang bisu dengannya. Pertama-tama ia memberi isyarat kepadaku bahwa ia mempunyai roti bundar. Aku pun memberi isyarat kepadanya agar ia membagi roti tersebut menjadi dua bagian, setengah untukku dan setengahnya lagi untuknya. Ternyata ia tidak memahami isyaratku, aku pun memberi isyarat kepadanya agar membagi roti itu menjadi empat bagian, satu bagian untuknya dan tiga bagiannya lagi untukku. Eh.., ternyata ia setuju dengan isyarat mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian ia memberi isyarat pada sebuah belanga di atas api berisi beras. Aku pun memberi isyarat kepadanya agar menambahinya dengan bumbu, agar rasa maskan itu menjadi enak. Eh..., kemudian ia berjalan berjingkit-jingkit di atas jari-jarinya sebagai isyarat kepadaku bahwa ia sangat lapar mendengar masakan yang sangat lezat. Aku pun memberi isyarat kepadanya bahwa aku lebih lapar daripada dia. Sebab, sebelum berangkat ke sini, aku hanya mendapat hidangan makan pagi dari isteriku dengan sebutir telur. Tapi karena aku tidak mempunyai waktu lagi untuk segera berangkat ke sini, aku pun mengantungi telur itu di sakuku, sebagai tindakan jaga-jaga.”

Orang-orang yang hadir pun tertawa-tawa mendengar jawaban Nasruddin tersebut. Mereka kagum terhadap perbedaan maksud antara Nasruddin dan si ilmuwan tersebut, tetapi ternyata isyarat mereka sama.

Referensi:
Muhammad Rajab An-Najjar, 
Juha al-‘Arabi: Syakhsiyyatuhu wa Falsafatuhu fil Hayati wat-Ta’biri

Artikel Lainnya:

0 comments: